Rabu, 21 September 2016

Nikmat Syukur


Renungan Qalbu

Sampaikanlah  walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari no. 3461)
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً




Nikmat Syukur

Assalamu'alaikum, wr.wb.
Alhamdulillah, segala Puji hanya bagi Allah SWT, yang senantiasa memberikan berjuta kenikmatan kepada semua hamba-Nya,
Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada jujungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga sahabat dan seluruh umatnya. Amiin.
Firman Allah yang musti kita sebagai renungan,
Pada dasarnya, manusia tidak akan mampu mensyukuri nikmat Allah yang begitu banyak, dan tak terhitung, sebagaimana firman-Nya:
"Wa in Ta'uddu Ni'matallahi La Tuhshuha".
Dan jika Kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya Kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.An-nahl {16};18).
Lalu Apa arti Syukur?
Dari segi bahasa Syukur berasal berasal dari kata "Syakara"-"Yasykuru" yang maknanya "Tsana'"; yaitu "Memuji" atau "Menghargai". Jadi, mensyukuri nikmat artinya "menghargai nikmat".
Nabi SAW memberi petunjuk yang jelas dalam hal ini, sabda Beliau: "Man Lam Yasykuril-Qalil Lam Yasykuril-Katsir".
Artinya:"Siapa saja yang tidak bisa menghargai nikmat yang sedikit, maka ia tidak akan bisa menghargai nikmat yang banyak". Ini merupakan pelajaran bersyukur, yaitu dimulai dari belajar menghargai nikmat yang sedikit.
Mensyukuri atau menghargai nikmat, akan membuat nikmat semakin bertambah, sebagaimana firman Allah:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (.QS. Ibrahim 14 :7)
Pertanyaannya: Bersyukur yang bagaimana yang bisa menambah kenikmatan?
Imam Asy-Syaukani mengatakan bahwa sumber untuk mensyukuri nikmat Allah itu ada 3 (tiga);
1.     Lisan /Ucapan
2.     Hati
3.     Perbuatan.
Jadi, Allah baru akan menambah kenikmatan kepada seseorang, jika ia mensyukuri (menghargai) nikmat itu dengan ucapan, hati dan perbuatan, (insya Allah kita jama’ah bisa selalu melakukannya).
Imam Ibnul-Qayyim mengistilahkan 3 (tiga) hal ini sebagai Qaidun-Ni'mah (Pengikat Nikmat); yaitu 3 (tiga) hal yang membuat nikmat menjadi terikat, tidak lepas, berkurang atau hilang. Bahkan ia (nikmat) akan bertambah terus.
Bersyukur merupakan salah satu kewajiban setiap orang kepada Allah, begitu wajibnya bersyukur, Nabi Muhammad SAW yang jelas-jelas dijamin masuk surga, masih menyempatkan diri bersyukur kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits disebutkan, Nabi selalu menunaikan shalat tahajud, memohon maqhfirah, dan bermunajat kepada-Nya. Seusai shalat Nabi berdo’a kepada Allah hingga shalat subuh. (subhanallah)
Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassalam dikenal sebagai abdan syakuura (hamba Allah yang banyak bersyukur). Setiap langkah dan tindakan beliau merupakan perwujudan rasa syukurnya kepada Allah. Suatu ketika Nabi memegang tangan Muadz bin Jabal dengan mesra seraya berkata :
"Hai Muadz, demi Allah sesungguhnya aku amat menyayangimu". Beliau melanjutkan sabdanya, "Wahai Muadz, aku berpesan, janganlah kamu tinggalkan pada tiap-tiap sehabis shalat berdo'a : Allahumma a'innii `alaa dzikrika wa syukrika wa husni `ibaadatika (Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa ingat kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan baik dalam beribadah kepada-Mu)".
Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata, "Perumpamaan orang yang memuji syukur kepada Allah hanya dengan lidah, namun belum bersyukur dengan ketaatannya, sama halnya dengan orang yang berpakaian hanya mampu menutup kepala dan kakinya, tetapi tidak cukup menutupi seluruh tubuhnya. Apakah pakaian demikian dapat melindungi dari cuaca panas atau dingin?"
Sebagai penutup tulisan "nikmat syukur", kutipan sabda Rasulullah SAW:
"Ma An'amallahu 'Abdan Ni'matan Faqala: Al-Hamdulillah, Illa Kanalladzi A'tha Afdhal Min-Ma Akhadza"
artinya: "Tidaklah seorang hamba diberi nikmat oleh Allah”, lalu ia mengucapkan: Al-Hamdulillah . . . .
melainkan --ucapan-- yang dia berikan itu lebih utama dari --nikmat-- yang dia peroleh (H.R. Ibnu Majah).
Wallahu a’lam bishawab.
Wasalamualaikum, wr.wb.

sumber: rangkuman kajian agama Islam dan media ta'lim 





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar